Return to site

Berapa Kadar Gula Darah Yang Dianggap Memasuki Pra-Diabetes?

February 4, 2022

Pra-diabetes merupakan suatu kondisi di mana kadar gula darah seseorang lebih tinggi dari biasanya. Akan tetapi kadar gula darah tersebut masih belum bisa dikatakan seseorang sudah mengalami masalah diabetes. Pada tahap ini, seseorang dapat melakukan perubahan gaya hidup seperti beralih ke diet rendah karbohidrat dan berolahraga secara teratur untuk mengelola keadaan dan kembali menjadi orang yang sehat.

Diabetes, baik itu tipe-1 atau tipe-2, menjadi penyakit yang semakin umum di dunia kita di mana hidup adalah tentang mencari kenyamanan. Dalam diet, rutinitas olahraga, kehidupan kerja, atau pendidikan kita , tentu yang kita cari adalah kemudahan dan jalan keluar untuk menyelesaikan pekerjaan tanpa harus berusaha terlalu keras. Dari kebiasaan seperti ini lah, pola makan kita sangat sulit untuk dikontrol dan pada akhirnya memengaruhi kesehatan yang mengakibatkan penyakit kronis dalam jangka Panjang, dan diabetes menjadi yang paling umum. Namun, yang lebih buruk adalah ketidaktahuan atau mengabaikan tanda-tanda masalah kesehatan yang serius tersebut. Untuk diabetes harusnya dapat dicegah, karena sebelum mengalami diabetes, seseorang akan lebih dulu memasuki tahap pra-diabetes.

Berapa kisaran gula darah untuk pra-diabetes?

Seseornag yang mengalami diabetes, perlu melakukan pengecekan gula darah. Mereka juga wajib mengetahui berapa kadar gula darah normal . Untuk pasien pra-diabetes, juga dikenal sebagai ambang diabetes atau toleransi glukosa yang tidak normal, seseorang perlu tahu kapan kadar gula darah mereka normal dan kapan mereka berada dalam kisaran pra-diabetes, berikut adalah rata-rata kadar gula darah yang perlu Anda ketahui:

  • Kadar gula darah normal kurang dari 140 mg/dL (7,8 mmol/L)
  • Kadar gula darah pra-diabetes adalah 140-199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L)
  • Ketika kadar gula darah melampaui 200 mg/dL (11,1 mmol/L), ini mengindikasikan diabetes tipe-2

Kita semua tahu bahwa diabetes adalah penyakit yang menyerang di seluruh kelompok usia bahkan yang lebih muda. Ini sebagai konsekuensi dari gaya hidup yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, dan faktor lain pada kelompok usia yang lebih muda. Kebiasaan makan yang tidak sehat seperti waktu makan yang tidak tepat waktu, asupan makanan berkalori tinggi, minuman berkarbonasi dan asupan makanan yang tinggi lemak trans merupakan faktor yang dapat mengarahkan pasien ke diabetes mellitus. Mereka juga rentan terhadap penyakit metabolik lain seperti hipertensi, peningkatan kadar kolesterol. Konsekuensinya adalah obesitas, yang sekali lagi membantu mengembangkan penyakit dan pada akhirnya berisiko mengalami masalah jantung.

Oleh karena itu, untuk penyakit metabolik, generasi muda (sejak kecil) harus sangat berhati-hati dengan pola makan anak-anak dan memastikan mereka melakukan beberapa bentuk aktivitas fisik. Juga, obesitas pada masa kanak-kanak adalah masalah signifikan yang kita hadapi saat ini. Ini memengaruhi kondisi metabolisme. Semua orang harus sadar bahwa kondisi ini dapat dicegah, karena semua tahu mencegah lebih baik daripada mengobati. Olahraga dan diet adalah dua strategi pencegahan utama dan harus ditanggapi dengan serius